Krakatau Steel the 1st Indonesia State Own Enterprise reach
"Emerging Industrial Leader" level
P R E S E P S I
IQA Award adalah suatu ajang "ber-lomba - lomba" meningkatkan Kinerja !! Bukan perlombaan menang dan kalah ! Lomba IQA Award adalah lomba memacu mencapai kinerja ekselen secara bersama-sama secepat_nya. . Semakin banyak perusahaan bekinerja ekselen maka semakin tinggi pula Daya Saing Bangsa .
Sedangkan "Penganugerahan Award" dimaksudkan sebagai suatu bentuk appresiasi dan penghargaan kepada Peserta dari IQA Foundation atas kemauan perusahaan untuk berubah menuju perusahaan yang ekselen , konsekuensi berat ikut awarding adalah harus siap dan berani membuka dirinya untuk di - asses secara transparan oleh pihak luar. Untuk keberanian ini lah salah satu alasan mengapa Penghargaan /Award juga diberikan pada seluruh peserta.
IQA Foundation sebagai penyelenggara Indonesian Quality Award menggunakan methode Malcolm Baldridge Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) sebagai alatnya atau metode pengukuran Kinerja Ekselen peserta.
Salah satu kehebatan metode ini adalah peserta akan mendapatkan feedback report hasil dari kajian lebih dari 300 jam kerja yang dilaksanakan oleh team eximiner yang isinya menunjukan kekuatan kekuatan yang ada diorganisasi/perusahaan yang perlu mendapat perhatian dan rincian ringkas yang dituangkan dalam OFI Opportunity For Improvement yang dapat dijadikan pegangan atau referensi para pimpinan perusahaan dalam usaha perbaikan kinerja perisahaan mendatang . Manfaat lainnya bagi peserta adalah mengetahui bisa mengetahui posisi peserta saat ini dan dapat merancang kemana dan dimana posisi yang meraka inginkan dimasa depan. Methode ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur model management dan alat untuk meng-improve keseluruhan proses proses yang ada diorganisasi. Karena keampuhan dan kehebatannya Metode sebagai alat perbaikan kinerja, maka sampai saat ini sudah dipakai dilebih dari 90 negara maju didunia.( Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai manfaat mengikuti IQA Award dapat dilihat di google. www Indonesian Quality Award).
Dari pengamatan penulis ada 9 presepsi mengapa sampai saat ini masih banyak perusahaan atau organisasi di Indonesia yang belum mau menerapkan Baldridge Creteria sebagai dasar perbaikan Kinerja atau ikut dalam IQA Award.
Adapun ke 9 presepsi "Why not Implemented Baldridge Yet" adalah sbb:
1. Kita sudah terapkan ISO atau Six Sygma atau LEAN atau TQM atau Balance Scorecard dan lain nya.
2. Tidak percaya Baldridge bermanfaat untuk peningkatan Kinerja.
3. Belum pernah mendengar atau sudah mendengar namun tidak tertarik
4. Belum perlu saat ini.
5. Menunggu sampai siap, sementara menyewa konsultant .
6. Takut hasil assemen scorenya rendah
7. Biayanya dan waktunya nggak ada.
8. Perusahaan kitakan sudah hebat jadi nggak perlu.
9. Itukan di Amerika kitakan beda nggak bisa disamakan, dll.
Kembali kepada perusahaan pembuat pesawat Boeing Amerika adalah salah satu perusahaan yang tidak percaya pada keampuhan pada methode ini pada awalnya. Hanyalah karena desakan Pemegang Saham Utamanya yang memaksa sehingga David Spong Pimpinan Perusahaan saat itu terpaksa menerapkan Metode Baldridge ini, hasilnya menakjubkan, dua tahun pertama produksi Boeing yang hanya 4 pesawat naik menjadi 40 pesawat dan 2 tahun berikutnya sudah diatas 80 unit perbulan dan tahun 2005 menjadi perusahaan pertama di Amerika yang meraih score Baldridge diatas 800 padahal scorenya hanya 200 pada pertama di asses.
Sebagai insan yang concern terhadap Performance Excellence maka penulis mengharapkan mudah mudahan tulisan singkat ini akan berfaedah demi kemajuan peningkatan kinerja ekselen di bumi tercinta ini sekaligus meluruskan Presepsi AWARD dalam nama IQA Award.
jakarta agustus 2011 . frits i.m.
keterangan
Sumber ; David Spong dalam seminar BEC tahun 2006 di jakarta dan beberapa sumber lainnya dan merupakan tulisan dan pendapat pribadi . Photo diambil dari acara Penganugerahan IQA Award 2010.-
IQA Foundation sebagai penyelenggara Indonesian Quality Award menggunakan methode Malcolm Baldridge Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) sebagai alatnya atau metode pengukuran Kinerja Ekselen peserta.
Salah satu kehebatan metode ini adalah peserta akan mendapatkan feedback report hasil dari kajian lebih dari 300 jam kerja yang dilaksanakan oleh team eximiner yang isinya menunjukan kekuatan kekuatan yang ada diorganisasi/perusahaan yang perlu mendapat perhatian dan rincian ringkas yang dituangkan dalam OFI Opportunity For Improvement yang dapat dijadikan pegangan atau referensi para pimpinan perusahaan dalam usaha perbaikan kinerja perisahaan mendatang . Manfaat lainnya bagi peserta adalah mengetahui bisa mengetahui posisi peserta saat ini dan dapat merancang kemana dan dimana posisi yang meraka inginkan dimasa depan. Methode ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur model management dan alat untuk meng-improve keseluruhan proses proses yang ada diorganisasi. Karena keampuhan dan kehebatannya Metode sebagai alat perbaikan kinerja, maka sampai saat ini sudah dipakai dilebih dari 90 negara maju didunia.( Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai manfaat mengikuti IQA Award dapat dilihat di google. www Indonesian Quality Award).
Dari pengamatan penulis ada 9 presepsi mengapa sampai saat ini masih banyak perusahaan atau organisasi di Indonesia yang belum mau menerapkan Baldridge Creteria sebagai dasar perbaikan Kinerja atau ikut dalam IQA Award.
Adapun ke 9 presepsi "Why not Implemented Baldridge Yet" adalah sbb:
1. Kita sudah terapkan ISO atau Six Sygma atau LEAN atau TQM atau Balance Scorecard dan lain nya.
2. Tidak percaya Baldridge bermanfaat untuk peningkatan Kinerja.
3. Belum pernah mendengar atau sudah mendengar namun tidak tertarik
4. Belum perlu saat ini.
5. Menunggu sampai siap, sementara menyewa konsultant .
6. Takut hasil assemen scorenya rendah
7. Biayanya dan waktunya nggak ada.
8. Perusahaan kitakan sudah hebat jadi nggak perlu.
9. Itukan di Amerika kitakan beda nggak bisa disamakan, dll.
Kembali kepada perusahaan pembuat pesawat Boeing Amerika adalah salah satu perusahaan yang tidak percaya pada keampuhan pada methode ini pada awalnya. Hanyalah karena desakan Pemegang Saham Utamanya yang memaksa sehingga David Spong Pimpinan Perusahaan saat itu terpaksa menerapkan Metode Baldridge ini, hasilnya menakjubkan, dua tahun pertama produksi Boeing yang hanya 4 pesawat naik menjadi 40 pesawat dan 2 tahun berikutnya sudah diatas 80 unit perbulan dan tahun 2005 menjadi perusahaan pertama di Amerika yang meraih score Baldridge diatas 800 padahal scorenya hanya 200 pada pertama di asses.
Sebagai insan yang concern terhadap Performance Excellence maka penulis mengharapkan mudah mudahan tulisan singkat ini akan berfaedah demi kemajuan peningkatan kinerja ekselen di bumi tercinta ini sekaligus meluruskan Presepsi AWARD dalam nama IQA Award.
jakarta agustus 2011 . frits i.m.
keterangan
Sumber ; David Spong dalam seminar BEC tahun 2006 di jakarta dan beberapa sumber lainnya dan merupakan tulisan dan pendapat pribadi . Photo diambil dari acara Penganugerahan IQA Award 2010.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar