
9 reasons why not implented "Baldridge Criteria"yet
1. Kita sudah ikut ISO atau Six Sygma atau LEAN atau TQM atau Balance Scorecard dan lain nya.
2. Tidak percaya Baldridge bermanfaat untuk peningkatan Kinerja.
3. Belum pernah mendengar atau sudah mendengar namun tidak tertarik
4. Belum perlu saat ini.
5.Menunggu sampai siap, sementara menyewa konsultant .
6.Takut hasil assemen scorenya rendah
7.Biayanya dan waktunya nggak ada.
8. Kitakan sudah hebat.
9. Itukan di Amerika kitakan beda nggak bisa disamakan, dll.
Indonesian Quality Award (IQA Award ) pertama namanya IQA Award for BUMN di tahun 2005 ada 12 BUMN yang ikut serta. Berbeda beda alasan mereka ketika pimpinan memutuskan untuk ikut dalam IQA Awarding. Tapi menurut hemat saya nama BUMN Executive CLUB (BEC) dan peran Bapak Bacelius Ruru yang saat itu menjadi pejabat di Kantor BUMN banyak mempengaruhi putusan mereka untuk ikut.
Dari 12 BUMN tersebut mungkin hanya Telkom Pertamina Krakatau Steel PT PN 3 yang sudah paham akan apa faedah nya penerapan Balridge sebagai alat untuk meningkatkan Kinerja, yang lainnya "mungkin" hanya ikut sekedar berpartisipasi ikut dan meramaikan atau alasan lain. Namun merekalah saat ini yang merasakan faedah keikut sertaan IQA award tersebut.
Kini masuk 2011, sudah hampir 50 perusahaan BUMN yang sudah di asses memakai Baldridge, bahkan di beberapa BUMN nilai atau score Baldridge dijadikan KPI keberhasilan manajemen. Namun tetap masih saja banyak Pimpinan BUMN yang belum menerapkan! Bahkan ada perusahaan yang awalnya giat ikut, namun justru belakangan terakhir malah mundur atau tidak aktif lagi entah karena apa? Salah satu faktornya adalah "mungkin" pergantian puncak pimpinan. Dan hal ini tentu sangat disayangkan terutama oleh "Masyarakat Baldridge" (MB) yaitu Masyarakat yang sudah "BELIEVE" pada metode Baldridge ini yang belakangan ini bertambah dan bertambah jumlahnya.
Dari 10 BUMN yang meraih profit tertinggi di tahun 2011, tujuh (7) diantaranya menerapkan Baldridge. Bagi "Masyarakat Baldridge" (MB) sudah jelas mengapa sampai mereka mencapai keuntungan. Tapi bagi 3 BUMN yang belum menerapkan Baldridge meninggalkan pertanyaan di kalangan "Masyarakat Baldridge", seperti bagaimana sampai mereka bisa mencapai sukses tersebut dan sebagus apa kinerja yang ada di perusahaan.
Seandainya 3 BUMN tadi ikut IQA Award atau di asses, maka tidak akan muncul pertanyaan tersisa tadi.
Jadi menurut hemat saya sebaiknya mereka terapkan saja Baldridge, sehingga tidak ada keraguan lagi, sekalipun hasil assesment atau score Baldridge rendah, toch tidak akan merubah Predikat sebagai BUMN peraih laba tertinggi. Tapi dengan ikut diasses liwat keikut sertaan IQA Award atau self assesment justru akan memberikan Image sebagai Pimpinan perusahaan yang berani bersaing terbuka secara sehat demi kemajuan Perusahaan.
Jadi janganlah sampai 'menunda' untuk ikut IQA Award 2011 atau di-asses dengan Baldridge Kriteria, karena (1)satu atau (2) dua atau beberapa alasan dari (9) sembilan alasan tersebut diatas. Karena semakin menunda berarti menunda juga peningkatan Kinerja Ekselen di Perusahaan. Sayang kan....
Jakarta 29 april 2011.
Sumber : http://www Indonesian Quality Award.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar